Kamis, 23 September 2010

"Ngerot" Gigi Saat Tidur: Pertanda Stres

KRUUK... kruuk... kruuk... Di siang bolong, Diana mendengar suara aneh ketika suaminya sedang terlelap pada hari libur. Suara bersumber dari mulut Krisna, suaminya itu, sepintas seperti nada dengkuran. Mulanya Diana tak terlalu merisaukan, tapi lama-kelamaan bunyi itu semakin ngeres didengarnya.

Diana pun mulai khawatir jika suami tercintanya mengidap bruxism (clenching teeth, grinding teeth), yang biasanya terjadi karena kecemasan psikis. Bruxism dalam bahasa sehari-hari disebut mengerat, yakni menggesek-gesekkan gigi geligi rahang atas dan bawah dengan sangat kuat hingga terdengar bunyi gemeretak cukup keras.

Menurut drg MI Grace W Susanto MM, penderita bruxism dapat merasa kelelahan saat terbangun dari tidurnya. "Orang Jawa biasa menyebutnya dengan ngerot, kondisi ini dapat menimbulkan rasa sakit di berbagai tempat," terang drg Grace.

Menurutnya, bila mengenai pelipis (otot temporalis), akan membuat sakit kepala yang berkepanjangan. Sedangkan jika mengenai sekitar telinga (otot pterygoideus lateralis), maka akan terasa pegal dengan kadang-kadang disertai telinga berdengung. Pada leher (otot sternocleidomastoideus) akan terasa tegang sampai daerah bahu (otot trapezius), dan dapat pula menimbulkan rasa lelah pada pipi (otot masseter).

"Rasa tersebut seolah-olah seperti sehabis mengunyah makanan keras dalam jumlah banyak. Kadang-kadang penderita merasakan nyeri di daerah sendi rahang bila hendak membuka mulut lebar-lebar," papar Grace yang juga sebagai pengamat budaya Jawa di Semarang ini.

Luka Batin

Lalu, apa hubungannya dengan psikis penderita, seperti yang dialami Krisna, suami Diana?

drg Grace melanjutkan, baik orang dewasa maupun anak-anak yang menderita bruxism, memang biasanya dipengaruhi faktor psikis yang tak disadari. Penyebab pada anak sering kali sulit dideteksi. Pada banyak kasus, orang tua baru mengetahui kebiasaan tersebut setelah anak menderita bruxism cukup lama.

"Penyebab psikis pada anak diantaranya seperti takut tidur sendiri di dalam kamar, stres di sekolah, keadaan keluarga yang tidak harmonis, kesepian di rumah, dan sebagainya," ujar Grace mencontohkan.

Sebaliknya, penyebab psikis pada orang dewasa biasanya dapat lebih mudah diketahui oleh penderita, karena menyangkut pengalaman hidup sehari-harinya. Seperti stress pekerjaan, rasa cemas yang terus menerus, ketakutan tanpa sebab, himpitan ekonomi, trauma, perkawinan yang tidak harmonis dan lain-lain.

"Barangkali kebiasaan baru Mas Krisna ini juga disebabkan ketakutannya menghadapi mutasi di kantornya. Dia mengaku belum siap meninggalkan keluarga dalam jangka waktu lama demi pekerjaannya," kata Diana yang kesehariannya bekerja di sebuah bank swasta di Semarang dengan nada cemas.

Dalam hal ini, terapi psikologis untuk mengatasi luka batin penyebab utama buxism sangatlah diperlukan. Terlebih pada anak-anak, rasa sakit dan tidak nyaman penyebab bruxism sesegera mungkin harus segera diatasi, karena dengan begitu bruxism akan hilang dengan sendirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar