JANGAN sepelekan alergi pada anak, sebab gangguan ini ternyata tak hanya menyerang kulit atau paru, melainkan semua organ tubuh, termasuk otak. Selama ini kita sering mendengar bahwa gejala alergi adalah batuk, pilek, sesak dan gatal di kulit. Padahal, alergi dapat menyerang paru, kulit, saluran kencing, jantung, bahkan susunan saraf pusat (otak).
Dalam lima dekade, di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terjadi peningkatan prevalensi alergi sebanyak empat hingga lima kali lipat. Peningkatan signifikan terjadi pada angka penyakit gangguan sistem daya tahan tubuh, seperti alergi.
"Penyakit alergi sangat erat dengan daya tahan tubuh anak," kata Pakar internasional kesehatan anak, Sibylle Koletzko, dalam acara temu media di Jakarta, awal pekan ini. Kepala Divisi "Pediatric Gastroenterology and Hepatology", Ludwig Maximilians University Munich, Jerman itu mengatakan bahwa di Indonesia lima besar makanan pencetus alergi pada anak yaitu kelompok `crustacea`, kacang, makanan laut, telur juga susu sapi.
"Alergi adalah respon sistem daya tahan tubuh secara berlebihan terhadap substansi yang biasanya tidak berbahaya, yang dapat menimbulkan gejala yang merugikan tubuh, mulai dari gangguan pernapasan, gangguan pada saluran cerna, maupun kulit," jelasnya.
Melejitnya kasus alergi pada anak di Indonesia, selain karena faktor genetik, juga dipengaruhi faktor lingkungan, seperti dipaparkan Kepala Divisi Alergi-Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, Zakiudin Munasir.
Karena itu, sangat penting bagi ibu untuk melakukan tindakan preventif saat masa kehamilan, kelahiran maupun pada masa kanak-kanak. Mengapa demikian? sebab jika kita memiliki alergi pada masa kanak-kanak, maka saat beranjak dewasa resiko terkena alergi pun juga besar.
Namun demikian dikatakan bahwa alergi hingga kini belum dipandang sebagai ancaman epidemik seperti penyakit infeksi. Itulah sebabnya mengapa belum banyak tindakan preventif yang dilakukan masyarakat.
Padahal perlu diketahui, keadaan ini berpotensi menjadi masalah di kemudian hari. Tak hanya mengganggu kualitas hidup penderita, namun juga dapat menurunkan produktivitas orang-orang di sekelilingnya, penyebab stres pada anak serta menurunkan prestasi anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar