Minggu, 30 Maret 2014

9 Misteri Raibnya Pesawat Terbang dalam Sejarah

Berbagai kecelakaan dan raibnya pesawat terbang yang terjadi di dunia masih belum terungkap dengan gamblang apa penyebabnya dan di mana bangkai pesawatnya ditemukan.

Berbagai penyebab kecelakaan bisa saja timbul. Bisa karena kegagalan mekanikal, desain pesawat, cuaca, atau kesalalahan pilot dan co-pilot.
Untuk mengungkap misteri, satu-satunya peranti pesawat yang paling bisa bercerita adalah rekaman jejak penerbangan atau lebih dikenal sebagai kotak hitam (black box) yang berisi data percakapan pilot dengan menara pengendali lalu lintas udara dan data komunikasi elektronik pesawat dengan radar sipil maupun militer.
Berikut akan kita tampilan sembilan kecelakaan pesawat yang terjadi secara misterius atau bahkan yang bangkai pesawatnya baru beberapa lama ditemukan atau raib sama sekali.
 2014: Malaysia Airlines MH370
Pesawat Malaysia Airlines MH370 mengangkut 239 orang kehilangan kontak dengan menara pengendali lalu lintas udara sekitar dua jam setelah lepas landas dari Lapangan Terbang Antarbangsa Kuala Lumpur (KLIA) pada 00:21 waktu Kuala Lumpur dan diperkirakan bakal mendarat di Beijing pada 06:30, 8 Maret 2014.
Pada 24 Maret, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan bahwa analisis data satelit terbaru menyebutkan kemungkinan MH370 “berakhir” di selatan Samudra Hindia. Pesawat ini masih raib, bahkan belum sekeping puing pun yang diangkat dari lautan. Kini tim pencari dari 20 negara masih berkutat menyisir lautan yang maha luas itu.

2009: Air France AF447

Kasus yang mencuat sebelum MH370, adalah terceburnya Air France penerbangan AF 447 ke Samudra Atlantik. Penerbangan ini membawa 228 penumpang dari Rio de Janeiro ke Paris yang terjun bebas ke Samudra Atlantik pada 1 Juni 2009, setelah terbang beberapa jam. Hanya lima hari, pada 6 dan 7 Juni, tentara Brasil menemukan reruntuhan pesawat dan sebagian jenazah para penumpang.
Pada 2011 dua kotak hitam berhasil ditemukan, setelah tersembunyi di dasar laut selama dua tahun. Baru pada Juni 2012 para penyelidik Perancis membuka laporan penyelidikan. Mereka mengatakan, kristal es menghalangi alat pengukur kecepatan udara di pesawat, yang menyebabkan pengendali otopilot terputus. Karena otopilot macet, awak pesawat salah bereaksi dan tak lama kemudian pesawat terjun ke samudra. Seluruh penumpang yang mencapai 228 orang tewas.

2003: Boeing 727 N44AA, Angola

Boeing 727 nomor penerbangan N44AA tiba-tiba tinggal landas dari Bandara Internasional Quatro de Fevereiro, Angola, 25 Mei 2003. Ketika lepas landas lampu besar dan transponder mati atau dimatikan, dan menara pengendali gagal mendapat respons dari N44AA.
Berbagai teori mengemuka. Ada yang mengatakan pesawat itu dibajak, atau digunakan sebagai alat serangan teroris, atau bahkan kecelakaan di suatu tempat. Hingga kini pesawat ini tetap raib, tak ketemu bangkainya.

1999: Egypt Air 990

Pesawat Egypt Air 990, sebuah Boeing 767, dijadwalkan terbang dari Los Angeles ke Kairo dan berhenti sebentar di New York pada 31 Oktober 1996. Sejam setelah tinggal landas dari Bandara Internasional John F. Kennedy, pesawat ini hilang dari pantauan radar dan terputus komunikasinya dengan menara pengendali lalu lintas udara. Pesawat menukik dengan kencang dalam 36 detik, dan tercebur di Samudra Atlantik di selatan Massachusetts dan menewaskan 217 penumpang dan awak pesawat.
Meskipun puing-puing akhirnya ditemukan, penyebab kecelakaan ini tak pernah terungkap secara lengkap. Menurut badan investigas kecelakaan pesawat di AS, NTSB, teori yang mungkin bisa mengungkap kecelakaan ini adalah karena co-pilot yang melakukan bunuh diri. Namun Mesir menyatakan, kecelakaan tersebut karena kegagalan mekanikal. Laporan Mesir menyimpulkan berbagai skenario gagalnya pengendalian pesawat sebagai penyebab yang paling mungkin dalam kecelakaan ini.

1996: Trans World Airline TW800

Pesawat AS Trans World Airlines (TWA) nomor penerbangan TWA800, meledak di udara tak lama setelah tinggal landas di Bandara Internasional JFK, New York, pada 17 Juli 1996. Seluruh 212 penumpang dan 18 awak pesawat tewas.
Kecelakaan ini diduga terjadi karena serangan teroris, namun setelah 16 bulan penyelidikan FBI, tak ada bukti yang menyimpulkan yang mendukung teori ini. Empat tahun kemudian, dalam laporan akhir yang dirilis pada 23 Agustus 2000, National Transportation Safety Board (NTSB) bilang, ledakan itu disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik yang meledakkan tanki bahan bakar sehingga pesawat hancur berkeping-keping di atas perairan Long Island, New York.

1947: British South American Airways Star Dust

British South American Airways Star Dust raib di Pegunungan Andes, Argentina, setelah tinggal landas di Buenos Aires ke Chile. Peasawat bersama 11 penumpangnya tak pernah ditemukan selama 50 tahun.
Pada 1998, pemanjat tebing Argentina menemukan puing-puing mesin pesawat di lokasi terjadinya kecelakan. Teori imajinatif menyebutkan, kecelakaan ini ulah mahluk angkasa luar. Namun pada 2000, terori ini terbukti salah, karena lebih banyak puing pesawat terkubur pada lapisan es.
Namun pada komunikasi terakhir menunjukkan bahwa Star Dust mengirim kode Morse STENDEC yang belum terpecahkan hingga sekarang.

1945: US Air Force Nomor Penerbangan 19

Pesawat US Angakatan Udara AS Nomor Penerbangan 19, yang mengangkut lima pengebom topedo, tinggal landas dari pangkalan AU di Fort Lauderdale, Florida, pada 15 Desember 1945, dan tak pernah kembali.
Dipimpin oleh komandan penerbang berpengalaman dengan 13 kadet penerbang, pesawat AU AS ini raib di sekitar Segitiga Bermuda saat berlatih terbang di atas air. Investigasi Angkatan Laut AS gagal menentukan penyebab kecelakaan karena tak ditemukan puing atau jejak lainnya. Disimpulkan pesawat komando ini hilang saat kompasnya tak berfungsi. Bahkan yang lebih misterius, pesawat pencari yang dikirim pun ikut raib.

1942: British Kittyhawk P-40

Pesawat British Royal Air Force (RAF) mengalami kecelakaan di gurun Sahara yang sedang panas membara pada Juni 1942, dan baru ditemukan pada Mei 2012, saat perusahaan minyak Polandia menemukannya di Mesir barat. Pesawat ini ternyata masih utuh ketika ditemukan dan para sejarawan menjulukinya “penerbangan yang hilang ini sama dengan Pusara Tutankhamun”.
Namun kerangka pilotnya tak pernah ditemukan. Dipercaya ia masih hidup dalam kecelakaan itu, namun kering dilalap panas ketika mencoba berjalan di lautan padang pasir.

1937: Penerbang Amelia Earhart

Amelia Earhart adalah pionir penerbangan Amerika dan juga wanita penerbang pertama yang terbang solo menyeberangi Samudra Atlantik. Ia dan pesawatnya hilang pada Juli 1937, dan penyabab raibnya belum diketahui hingga kini.
Ia mencoba terbang keliling dunia pada 1937, tetapi kontak radio hilang di atas Pulau Howland di tengah Samudra Pasifik, dan tak pernah ditemukan. Setelah dilakukan pencarian ke seluruh penjuru dekat kecelakaan terjadi, pesawat dan jasad Earhart tak pernah ditemukan. Pada Januari 1937, Amelia Earhart dinyatakan tewas. Masih banyak terori yang menduga-duga penyebab raibnya penerbang wanita ini hingga sekarang.

Sabtu, 29 Maret 2014

Penerbangan paling "Ngaret" sedunia

LONDON - Bagi Anda yang hanya mempunyai sedikit waktu untuk berpergian, pesawat terbang menjadi pilihan yang paling tepat. Namun, bagaimana ketika sedang mengejar waktu, pesawat Anda malah delay?

Akibatnya, tentu saja Anda akan marah-marah, dan tidak percaya pada maskapai tersebut. Meski demikian, melansir Telegraph, Kamis (27/3/2013), ada sebuah maskapai yang diklaim menjadi maskapai paling ngaret sedunia.

Bukan hanya puluhan kali saja maskapai ini terlambat, Telegraphmencatat pesawat tersebut telah mengalami delay secara rutin. Kenapa disebut rutin? Hal ini lantaran delay terjadi dalam 293 penerbangan berturut-turut. Maskapai tersebut adalah Wizz Air Hungary Airlines Ltd.

Sebuah penerbangan Wizz Air, maskapai low-cost carrier (LCC) asal Hungaria tersebut, memiliki jadwal penerbangan rutin dari Luton Airport London ke Budapest. Namun, penerbangan tersebut tidak pernah tepat waktu sejak musim panas lalu.

Menurut informasi yang dihimpun oleh EUclaim, sebuah badan yang membantu penumpang menentukan apakah mereka berhak atas kompensasi karena penerbangan tertunda, mengatakan keterlambatan penerbangan W62206 berkisar dari yang paling singkat, dua menit, sampai lebih dari 12 jam. Dari total 293 keberangkatan berturut-turut tersebut, tercipta 176 jam waktu para penumpang untuk menunggu.

Meski demikian, pihak Wizz Air membantah waktu keberangkatan mereka sebagai delay. Pasalnya, dalam standar industri yang diterapkan oleh Otoritas Penerbangan Sipil (Civil Aviation Authority/CAA), mendefinisikan semua penerbangan yang berangkat dalam waktu 15 menit dari jadwal keberangkatan adalah tepat waktu.

Atas dasar ini, 73 persen dari 295 keberangkatan Penerbangan W62206 sejak 1 Juni tahun lalu tercatat tepat waktu. Dari penerbangan tersebut, 78,6 persen tiba tepat waktu di Budapest.

Secara keseluruhan, Wizz Air mengoperasikan 28 rute dari London Luton. Maskapai ini pada November tahun lalu mengatakan, angka tepat waktu mencapai sebesar 88 persen pada semua penerbangan Luton, dibandingkan dengan 87 persen dari seluruh penerbangan di bandara yang sama.

Lima belas penumpang mengklaim kompensasi sebesar 215 poundstreling untuk penundaan pada penerbangan atas dasar aturan Uni Eropa. Peraturan Nomor 261 berlaku jika mereka menunggu lebih dari tiga jam, penerbangan dibatalkan, atau jika penumpang tidak boleh naik