Kamis, 26 November 2015

10 Nama Wanita dan Pria Paling Menarik Perhatian


10 Nama Wanita dan Pria Paling Menarik Perhatian





Ada beberapa nama yang konon mengandung keberuntungan tersendiri untuk perkara cinta, yaitu memiliki daya tarik kuat bagi lawan jenisnya. Benarkah?
Dilansir Womenshealthmag, Minggu (22/11/2015), wanita dan pria dengan nama-nama tertentu, seperti, Briana, Erika, Lexi, Brett, Tyler, dan Corey, memiliki kisah cinta romantis.
Entah dengan alasan apa, berdasarkan sebuah survei yang ada di situs kencan Tinder, nama-nama Briana, Erika, Lexi, Brett, Tyler, dan Corey mendapat rating tinggi untuk pemilihan pasangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa nama-nama itu memiliki daya tarik bagi orang lain, terlepas dari kepribadian sang pemilik nama.
Tinder merilis, 10 nama wanita paling menarik, yaitu Briana, Erika, Lexi, Brooke, Vanessa, April, Natalie, Jenna, Molly, Katie.
Sementara, untuk 10 nama pria paling menarik wanita adalah Brett, Tayler, Corey, Andy, Noah, Shane, Jeffrey, Rob, Frank, dan Jeff.

601 Bayi di Jepang Pecahkan Rekor Dunia


601 Bayi di Jepang Pecahkan Rekor Dunia




Sebanyak 601 bayi merangkak bersama di sebuah mal di daerah Yokohama, Jepang.

Para bayi tersebut hadir untuk meramaikan momen memecahkan rekor lomba bayi merangkak terbanyak dari Guiness World Record .

Japans Kyodo News melaporkan bahwa acara ini diselenggarakan oleh sebuah majalah parenting, Bannesse Corporation.

Syarat dari peserta lomba merangkak bersama ini adalah para bayi harus berusia enam sampai enam belas bulan.

Tak pelak susasana mll menjadi sangat meriah lantaran kehadiran bayi-bayi lucu tersebut.

Para bayi ditemani oleh orangtua, yang tak kalah heboh membimbing buah hati mereka untuk aktif merangkak. 

Mereka menyemangati para bayi dengan mainan, kata-kata lucu, hingga menawarkan makan favorit, supaya terus merangkak bersama dengan bayi lainnya.

Akhirnya, perlombaan merangkak  yang seru ini menobatkan  Machida-Shi, bayi berusia 13 bulan dari Tokyo sebagai peserta merangkak tercepat.

Rekor lomba bayi merangkak terbanyak sebelumnya jatuh pada Tiongkok, dengan jumlah 451 bayi yang merangkak bersama.

Kompetisi ini bukan sekedar perlombaan mengenai siapa bayi yang tercepat sampai.

Namun, menjadi ajang membangun komunikasi bersama antara orangtua dan anak sehingga tercipta memori indah tentang pertumbuhan anaknya. 

"Aku tak pernah melihat anak perempuanku merangkak begitu sering. Sekarang dia dapat sedikit berjalan. Aku ke sini untuk membuat memori langkah pertamanya" ujar salah satu ibu yang bayinya ikut serta dalam perlombaan.

Dianggap Saru, Pria Ini Diminta Ganti Nama oleh Facebook


Dianggap Saru,
 Pria Ini Diminta Ganti Nama oleh Facebook





Seorang pria asal Vietnam bernama Phuc Dat Bich diblokir berulang kali oleh Facebook karena diduga sebagai nama palsu.

"Saya dituduh menggunakan nama palsu dan menyesatkan, dan rasanya ini sangat menyinggung perasaan saya," tulis pria yang bekerja di Bank of Australia itu.

Nama tersebut, dalam ejaan bahasa Inggris, sekilas memang mengandung arti saru atau bermakna kasar. Inilah yang mungkin menjadi alasan Facebook memblokir akun pria ini.

Sebenarnya, nama tersebut dieja sebagai "Phoo Da Bic" bila mengikuti ejaan Vietnam. Namun kelihatannya Facebook tidak dapat membedakannya dan mengeja nama tersebut dalam ejaan berbahasa Inggris.

Seperti dilansir KompasTekno dari BGR, Selasa (24/11/2015), jejaring sosial buatan Mark Zuckerberg itu menegur Phuc, menutup akunnya, dan meminta nama itu diubah saat akunnya diaktifkan kembali.

"Apakah ini karena saya orang Asia? Apakah benar begitu?" imbuhnya.

Phuc pun berusaha keras membuktikan bahwa nama yang tertulis itu memang nama aslinya. Bahkan, dia mengunggah foto paspornya demi membuat Facebook percaya dan berhenti memberi peringatan terkait nama.

Foto paspor tersebut kemudian menjadi viral, menjangkau puluhan ribu orang di berbagai negara dan lengkap dengan diisi dengan komentar-komentar mereka.

"Saya tidak pernah mengomel atau sedih karena status yang saya bagikan ternyata dilihat bergitu banyak orang. Saya bangga dan merasa terhormat karena bisa membuat orang tertawa bahagia ketika melihat sesuatu yang keterlaluan dan konyol,"tulis Phuc dalam akunnya.

Sabtu, 14 November 2015

Kurus Tetapi Buncit waspada sakit Jantung



Kurus Tetapi Buncit waspada Sakit Jantung






Kurus tetapi punya banyak lemak ternyata membahayakan, apalagi jika lemak itu ada di bagian perut.
Sebuah hasil studi baru yang diterbitkan di jurnal Annals of Internal Medicine menunjukkan, mereka yang punya berat badan normal tetapi berperut buncit memiliki risiko lebih besar untuk meninggal dibandingkan dengan mereka yang gemuk merata atau obesitas.
Untuk mendapatkan penemuan ini, periset melihat hasil survei terhadap 15.184 orang dewasa dengan usia 18-90 tahun. Data dari mereka yang terlibat dalam studi itu dipantau selama 14 tahun untuk melihat bagaimana risiko kematian karena penyakit jantung dan risiko total kematian yang ada hubungannya dengan distribusi lemak.
Mereka menemukan orang yang punya indeks massa tubuh normal tetapi rasio pinggang terhadap pinggul tinggi memiliki risiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang punya indeks massa tubuh tinggi, tetapi dengan persebaran lemak merata.
Kendati studi ini tidak ditujukan untuk mencari tahu alasan terjadinya hal tersebut, peneliti berspekulasi bahwa penyebabnya adalah lemak yang disimpan di perut atau visceral. Lemak visceral lebih berbahaya dibandingkan lemak di bawah kulit.
Lemak perut ini dapat menyebabkan resistensi insulin serta peradangan. Itu sebabnya orang-orang dengan lemak visceral berisiko tinggi terkena masalah jantung dan masalah lain yang meningkatkan risiko kematian.
"Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuh memiliki banyak lemak di bawah kulit di sekitar pinggul dan kaki yang berhubungan dengan profil metabolik yang lebih sehat. Hal ini menjelaskan bagaimana mereka bertahan hidup lebih baik di kalangan orang-orang dengan kelebihan berat badan dan obesitas, bahkan di kalangan yang gemuk di perut," tulis peneliti studi tersebut.
Penemuan mengejutkan ini menambah seru perdebatan mengenai paradoks obesitas. Dalam hal ini, orang yang obesitas, dalam beberapa kasus, hidup lebih lama dibandingkan orang yang lebih langsing. Adapun dalam riset lain, beberapa orang yang tak tampak gemuk dan memiliki indeks massa tubuh normal dapat memiliki risiko kematian lebih tinggi.
Namun, penemuan ini tidak berarti orang kegemukan lebih sehat dibandingkan dengan orang berberat badan normal. Obesitas dipandang sebagai faktor risiko penyakit jantung dan diabetes. Penelitian ini menunjukkan saran agar mereka yang berberat badan normal tetapi berperut buncit untuk mengubah gaya hidup jadi lebih sehat.
"Penemuan kami memiliki implikasi klinis bermakna karena orang dengan berat badan normal dan berperut buncit sering tidak dianggap kurang penting dalam program pencegahan penyakit," demikian dituliskan dalam hasil penelitian itu.
Tim dalam studi itu juga menggarisbawahi pemikiran bahwa indeks massa tubuh punya kelemahan, kendati berguna dalam banyak hal. Banyak peneliti menunjukkan bahwa indeks itu tidak membedakan lemak dan otot. Padahal, otot lebih berat daripada lemak. Indeks itu juga tidak menghitung di mana seseorang menyimpan lemak mereka. Dalam studi ini, peneliti melihat indeks massa tubuh dan rasio pinggang ke pinggul.
"Untuk menemukan orang berisiko tinggi secara lebih baik, seperti mereka yang kelebihan kadar adiposity atau mereka yang punya lemak perut dalam kaitan dengan indeks massa tubuh, data baru ini memberikan bukti bahwa para dokter harus melihat lebih jauh dari sekadar indeks massa tubuh," tulis dr Paul Poirier dari Universite Laval di Quebec, Kanada, dalam editorialnya.
Masih diperlukan lebih banyak riset untuk mengenali faktor-faktor yang menyebabkan pembentukan lemak perut pada orang berberat badan normal dan kaitannya untuk mendapatkan tubuh sehat. Sementara itu, peneliti berargumen, kombinasi penggunaan indeks massa tubuh dan alat pengukuran lain untuk mengukur lemak di perut patut dipertimbangkan.

Daging dan Resiko kanker


Daging dan Resiko Kanker




Daging yang dipanggang sebagai salah satu tipe daging yang
dimasak dengan suhu tinggi.



Para pecinta daging sudah mendapat “pukulan” hebat akhir-akhir ini, setelah WHO mengeluarkan pernyataan bahwa daging merah dan olahannya bisa menjadi salah satu pemicu kanker.
Para ilmuwan dari University of Texas MD baru-baru ini juga menemukan bahwa cara memasak daging pada suhu yang tinggi bisa meningkatkan risiko kanker ginjal.
Ilmuwan terlebih dahulu melacak pola diet dari 659 pasien yang baru saja didiagnosis karsinoma sel ginjal (RCC), juga dikenal sebagai kanker ginjal, lalu mengumpulkan informasi genetik mereka. Data pasien tersebut kemudian dibandingkan dengan 699 orang sehat yang direkrut dari komunitas yang sama.
Di antara peserta studi, orang-orang dengan kanker ginjal dinilai memiliki riwayat mengonsumsi lebih banyak daging merah dan putih jika dibandingkan dengan yang sehat.
Risiko kanker meningkat sebanyak 54 persen saat peserta mengonsumsi mutagen daging tertentu, senyawa berbahaya yang diciptakan ketika daging dimasak dengan cara pemanasan yang tinggi, seperti dibakar.
Untuk alasan ini, peneliti menyarankan para pemakan daging agar tidak hanya membatasi jumlah daging yang mereka konsumsi, tetapi juga memperhatikan bagaimana daging itu dimasak.
"Temuan kami mendukung pengurangan konsumsi daging, terutama daging yang dimasak pada suhu tinggi atau di atas api terbuka, sebagai salah satu cara untuk mengurangi risiko RCC dalam masyarakat," kata pemimpin penulis studi tersebut Xifeng Wu, seorang profesor epidemiologi di University of Texas.
Menurut American Cancer Society, sekitar 61.560 kasus baru kanker ginjal telah didiagnosis pada akhir 2015. Dari angka tersebut, diperkirakan 14.080 akan meninggal akibat penyakit kanker ginjal.
“Karsinoma sel ginjal lebih sering terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi ketimbang negara kurang berkembang sehingga sangat mungkin bila hal itu disebabkan oleh gaya hidup Barat," kata Dr Ian Johnson, seorang peneliti nutrisi di Institute of Food Research yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Efek Samping Sepatu High Heels


Efek Samping Sepatu High Heels







Terlepas dari efeknya yang membuat postur tubuh perempuan nampak mengagumkan dengan kaki yang jenjang, kaum hawa sepatutnya sadar jika sepatu high-heels atau bertumit tinggi hanya memberi luka pada kaki mereka. 

Sayangnya, masih banyak perempuan yang tidak tahu dampak buruk mengenakan sepatu ‘high-heels’ pada kesehatan kaki secara jangka panjang.

Seperti yang dilansir oleh FootHealth, berikut 3 akibat selalu kenakan sepatu berhak tinggi pada kesehatan kaki. Sebaiknya, Anda simak baik-baik dan segera menghentikan kebiasaan tersebut, karena 3 akibat selalu pakai sepatu berhak tinggi ini sungguh mengerikan.

Bunion
Bunion adalah struktur tulang menonjol di dasar jempol kaki. Umumnya ini bukan pertumbuhan tulang, melainkan perpindahan sendi yang terdorong keluar dari bawah kulit. 

Faktor genetika memainkan peran besar dalam pengembangan bunion sehingga sepatu high heels tidak dapat menjadi satu-satunya faktor yang disalahkan.

Bunion dapat dikelola dengan langkah-langkah dasar seperti menaruh bantalan, memberi ruang kaki, dan berbagai perawatan lainnya. 

Bedah untuk bunion melibatkan pemotongan tulang atau prosedur fusi tulang, dan bedah kosmetik bunion dapat dilakukan untuk meminimalkan jaringan parut yang tidak sedap dipandang.

Kaki palu
Ini dampak pakai sepatu berhak tinggi yang kedua ialah jari kaki palu, atau yang lebih dikenal sebagai jari kaki melengkung, terjadi saat buku-buku jari dari jari-jari kaki menjadi menonjol dan sering kapalan.

Sepatu hak tinggi memiliki peran besar sebagai penyebab jari kaki palu. Hal ini disebabkan berat badan yang berlebihan menyebabkan luka pada ligamen jari-jari kaki. Kondisi ini dapat diobati dengan penggunaan alas serta beberapa perawatan termasuk operasi.

Tulang tumit yang menggembung
Akibat pakai sepatu berhak tinggi untuk jangka waktu panjang ialah kondisi bagian belakang tulang tumit bisa menonjol akibat sepatu hak tinggi. Kondisi yang umum terjadi adalah tulang tumit yang miring ke atas.

Pada dasarnya, kondisi terjadi akibat peradangan pada tulang tumit. Semakin tinggi tumit, semakin mungkin tulang tumit menggembung terjadi. Perawatan sederhana melibatkan penggunaan alas dan obat nyeri serta peregangan sebelum menggunakan sepatu.